Transformasi sistem parkir menuju pembayaran cashless Tap & Go terus didorong di berbagai kota di Indonesia. Penggunaan kartu uang elektronik seperti BRIZZI, Mandiri e-Money, Flazz BCA, dan TapCash BNI dinilai mampu mempercepat arus kendaraan sekaligus meningkatkan transparansi transaksi.
Namun di balik tren tersebut, masih banyak pengelola parkir yang beranggapan bahwa integrasi langsung ke bank dapat dilakukan dengan cepat, bahkan ada klaim yang menyebut bisa selesai dalam waktu satu bulan.
Menurut pelaku industri, asumsi tersebut perlu diluruskan.
Prepaid Bukan Berarti Bebas Regulasi
Walaupun kartu uang elektronik bersifat prepaid, saldo yang tersimpan di dalamnya tetap merupakan uang nasabah yang berada di bawah pengawasan ketat perbankan dan regulator.
“Pemotongan saldo kartu bank, meskipun prepaid, tetap dikategorikan sebagai transaksi sistem pembayaran. Artinya, tidak bisa dilakukan sembarangan tanpa sertifikasi, audit, dan persetujuan bank,” jelas tim teknis MSM Parking.
Dalam skema host-to-host langsung ke bank, sistem parkir tidak lagi dipandang sekadar sebagai alat operasional, melainkan bagian dari sistem pembayaran, yang wajib memenuhi standar keamanan perbankan.
Klaim Integrasi Cepat Sering Disalahpahami
Di lapangan, istilah “cashless” kerap digunakan secara umum, padahal implementasinya bisa sangat berbeda.
Integrasi yang bisa dilakukan dalam waktu singkat umumnya:
- Menggunakan EDC bank atau payment gateway
- Menggunakan kartu member internal
- Menggunakan QRIS
Sementara itu, integrasi langsung ke bank tanpa EDC dan tanpa payment gateway memerlukan proses panjang, mulai dari audit keamanan, sertifikasi EMV, hingga pengujian sistem, yang secara realistis memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
“Kalau integrasi langsung ke bank memang bisa selesai satu bulan, tentu semua operator parkir nasional sudah menerapkannya sejak lama,” ujar sumber industri parkir.
Realita Industri: Keamanan dan Kepatuhan Jadi Prioritas
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa:
- Bandara
- Rumah sakit
- Pusat perbelanjaan
- Gedung perkantoran besar
masih mengandalkan EDC atau payment gateway sebagai tulang punggung pembayaran parkir cashless.
Alasannya bukan keterbatasan teknologi, melainkan efisiensi regulasi, mitigasi risiko, dan kepastian operasional.
Solusi Realistis: Payment Gateway JMTO by MSM Parking
Sebagai solusi yang aman, legal, dan siap digunakan, MSM Parking merekomendasikan pemanfaatan Payment Gateway Jasamarga Toll Road Operator (JMTO) untuk sistem parkir cashless.
Keunggulan skema PG JMTO:
- Terintegrasi dengan ekosistem sistem pembayaran nasional
- Mendukung kartu uang elektronik bank besar di Indonesia
- Telah melalui proses kepatuhan dan pengamanan berlapis
- Mempercepat implementasi tanpa membebani pengelola parkir dengan proses sertifikasi bank dari nol
- Cocok untuk lokasi parkir yang ingin go-live cepat namun tetap patuh regulasi
Dengan skema ini, pengelola parkir tetap dapat menghadirkan pengalaman Tap & Go, tanpa harus menanggung risiko dan biaya besar dari integrasi langsung ke bank.
Edukasi Jadi Kunci Keputusan yang Tepat
MSM Parking menekankan pentingnya edukasi bagi pengelola parkir sebelum memilih skema pembayaran.
“Keputusan pembayaran parkir bukan soal siapa paling cepat, tapi siapa paling aman dan berkelanjutan. Payment gateway seperti JMTO adalah jalan tengah yang realistis antara keinginan cashless dan kepatuhan regulasi,” tutup perwakilan MSM Parking.
Tentang MSM Parking
MSM Parking (PT MSM Tiga Matra Satria) merupakan penyedia sistem parkir nasional yang fokus pada solusi parkir digital, cashless, dan terintegrasi, termasuk implementasi payment gateway, barrier gate, dan sistem parkir cerdas di berbagai sektor.





